Ruang Lingkup Sejarah Lengkap Beserta Ciri-Ciri dan Contohnya

Bicara soal sejarah berarti bicara soal masa lampau. Bagi pemilik kisahnya, sejarah adalah cerita kehidupanya. Tapi bagi peneliti, sejarah adalah seni menyelidiki kejadian yang telah terjadi. Pun sejarah bisa dianggap sebagai cabang ilmu. Luasnya cakupan sejarah inilah yang disebut sebaai ruang lingkup sejarah.

Pengertian Ruang Lingkup Sejarah

Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai ruang lingkup sejarah. Ada baiknya jika kita mengetahui pengertian sejarah. Kita bisa mengutip dari beberapa ahli sejarah.

Misalnya menurut Mohd. Yamin, sejarah adalah ilmu yang didapatkan dari hasil penyelidikan terhadap peristiwa yang telah lampau. Sedangkan menurut Aristotreles, sejarah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada masa lalu hingga sekarang. Robert V. Daniels, sejarah adalah tumpukan peristiwa dari masa lampau.

Berdasarkan pengertian sejarah menurut beberapa ahli, maka bisa kita garis bawahi bahwa ruang lingkup sejarah merupakan kumpulan segala hal yang ada dan dipengaruhi oleh peristiwa sejarah. Mengapa diperlukan ruang lingkup sejarah? Hal ini bertujuan agar sejarah tidak dapat diklaim secara sembarangan.

Jika setiap kejadian di masa lalu diklaim sebagai sejarah, maka tentu akan terjadi kesemerawutan dalam ilmu sejarah. Maka dari itu, hanya peristiwa tertentu yang masuk ke dalam ruang lingkup sejarahlah yang dapat dikatakan sebagai sejarah.

4 Konsep Ruang Lingkup Sejarah  

Ruang lingkup sejarah terdiri dari 4 konsep yang mana tiap konsep menunjukkan tentang bagaimana sejarah tersebut dapat mempengaruhi sesuatu dan ditegaskan sebagai bagian penting dari sejarah kehidupan manusia.

Untuk lebih mudah memahaminya, berikut ini adalah 4 konsep ruang lingkup sejarah:

1. Sejarah sebagai peristiwa (history as event)

Sejarah sebagai peristiwa (history as event) mengandung arti dimana sejarah benar-benar terjadi. Adapun ciri-ciri dari sejarah sebagai peristiwa adalah sebagai berikut:

a. Unik

Ciri utama sejarah sebagai peristiwa adalah unik. Unik disini maksudnya adalah hanya terjadi sekali dan tidak akan ada kejadian lain yang sama. Kalaupun ada kejadian lain hanyalah mirip saja, tidak sama.

b. Abadi

Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang abadi dan tidak dapat diubah sama sekali sampai kapan pun. Peristiwa sejarah akan selalu dikenang baik melalui ingatan para saksi hidupnya maupun benda peninggalan sejarah tersebut.

c. Berpengaruh

Ciri terakhir adalah peristiwa sejarah tersebut berpengaruh pada lingkungan di tempat terjadinya peristiwa tersebut, baik itu pada lokasi maupun pelakudan orang di sekitarnya.

Peristiwa sejarah yang tidak memiliki pengaruh apapun tidak dapat masuk dalam ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa, misalnya peristiwa sejarah wisuda diri sendiri yang hanya memberikan pengaruh pada diri sendiri dan keluarga.

Salah satu contoh dari sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini hanya terjadi sekali yakni pada tanggal 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965.

Peristiwa yang lebih dikenal dengan nama Gestok ini juga memberikan pengaruh yang sangat besar, bahkan hingga saat ini. Banyak korban jiwa yang berjatuhan akibat pembantaian yang dilakukan oleh para anggota Partai Komunis Indonesia (PKI)

Beberapa orang yang dulu mendapat siksaan dan pemerkosaan masih mengalami trauma hingga saat ini. Kenangan akan pedihnya hari dimana mereka disiksa menimbulkan kenangan yang tidak akan pernah dilupakan, bahkan beberapa diantaranya menjadi gila akibat siksaan yang begitu pedih kala itu.

2. Sejarah sebagai kisah (history as narrative)

Sejarah sebagai kisah adalah salah satu bentuk pengulangan kejadian yang terjadi di masa lalu yang dibawa dalam sebuah cerita. Peristiwa tersebut biasanya merupakan peristiwa yang besar dan menarik sehingga membuat banyak orang termotivasi untuk menceritakannya kembali.

Biasanya sejarah yang diceritakan kembali dibuat berdasarkan ingatan orang yang menyampaikan. Adapun ciri-ciri dari sejarah sebagai kisah adalah sebagai berikut:

a. Sejarah bersifat subjektif

Maksud dari sejarah bersifat subjektif adalah sejarah tersebut diceritakan bergantung pada siapa  yang menceritakan. Terdapat 3 sudut pandang dalam kisah sebuah sejarah, yakni sudut  pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga.

Subjektivitas yang terdapat dalam sebuah kisah tentang sejarah biasanya dipengaruhi oleh kepribadian dari penyampai kisah sejarah itu sendiri, misalnya kepentingan, kelompok sosial, pengetahuan, serta kemampuan berbahasa.

b. Sarana untuk mengungkapkan kembali

Sejarah sebagai kisah membutuhkan sebuah sarana untuk menceritakan kembali sejarah yang ingin disampaikan. Penyampaian sejarah ini dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, atau bahkan keduanya.

Adapun sarana yang digunakan dapat berupa televisi, radio, koran, majalah, atau bahkan secara langsung melalui sebuah pertunjukkan drama dan tari.

c. Nyata

Kisah yang diceritakan haruslah sejarah yang nyata dan benar-benar terjadi dan bukan sekedar sebuah dongeng masa kecil. Maka dari itu, sejarah sebagai kisah dan kisah dongeng merupakan dua hal yang sangat berbeda, meskipun penyampaiannya memiliki banyak kesamaan.

Bahkan ketika sebuah sejarah disampaikan sebagai sebuah kisah dan diberikan beberapa penyesuaian sekali pun, kisah tersebut tetap masuk dalam ruang lingkup sejarah.

d. Hasil karya

Kisah yang diceritakan biasanya berupa kejadian yang telah diatur atau hasil karya oleh pelakunya. Namun bukan berarti semua sejarah sebagai kisah berasal dari sejarah yang terdapat unsur rencana di dalamnya. Sejarah yang terjadi karena campur tangan alam, seperti tsunami juga dapat dikisahkan kembali.

Salah satu contoh sejarah sebagai kisah adalah kisah dibangunnya candi Prambanan. Candi Prambanan dikisahkan merupakan candi yang dibuat oleh Bandung Bondowoso. Sejarah ini diceritakan melalui sebuah drama.

Sejarah sebagai kisah yang berupa pertunjukkan seperti ini telah memiliki semua cirinya. Para pengunjung Candi Prambanan mendapatkan suguhan pertunjukkan wayang orang yang menceritakan kembali sejarah Candi Prambanan dengan latar candi tersebut secara langsung yang menjadi sarana.

Sejarah juga bersifat subjektif karena diceritakan dengan sudut pandang sang sutradara. Sejarah Candi Prambanan yang disuguhkan merupakan kisah yang benar-benar nyata karena bukti candi yang dibangun benar-benar ada, bahkan menjadi latar belakangnya.

Peristiwa ini juga merupakan hasil perbuatan Bandung Bondowoso yang bahkan masih dapat kita nikmati kemegahannya hingga saat ini.

Tapi karena kisah yang disampaikan hanya berdasarkan ingatan dari orang yang menyampaikan peristiwa sejarah tersebut serta faktor subjektivitas, maka terkadang terdapat perbedaan alur cerita dalam setiap versinya. Namun pada dasarnya, inti dari sejarah yang ingin disampaikan tetap sama.

3. Sejarah sebagai ilmu (history as science)

Sejarah sebagai ilmu adalah salah satu ruang lingkup sejarah yang sangat penting. Ada banyak manfaat yang dirasakan dengan adanya sejarah sebagai ilmu.

Selain menumbuhkan semangat hidup, ilmu sejarah juga mampu menjadi pembelajaran untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masa depan.

Namun, tidak semua sejarah dapat dikategorikan sebagai ilmu. Sejarah hanya dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu jika memenuhi ciri-ciri di bawah ini:

a. Empiris

Empiris adalah pengalaman. Sejarah  dapat dikatakan sebagai ilmu jika menjadi pengalaman bagi seseorang. Ciri yang satu ini biasanya didapatkan dari salah satu saksi sejarah yang masih ada dan diikutsertakan dalam pembentukan sejarah sebagai sebuah ilmu.  

Pengalaman tersebut akan direkam dengan sebuah media kemudian dirangkum dan diambil kesimpulannya. Kesimpulan inilah yang disampaikan sebagai ilmu pengetahuan.

b. Objek

Sejarah sebagai ilmu juga menjadikan manusia sebagai objeknya. Perkembangan dari segala hal yang memberikan pengaruh bagi manusia dapat dicatat sebagai sejarah.

Adanya keterkaitan antara objek sejarah yang mengamati kehidupan manusia ini menyebabkan ilmu sejarah masuk ke dalam kelompok ilmu humaniora.

c. Teori

Setiap sejarah tentu memiliki teori yang mana merupakan filsafat sejarah kritis. Teori inilah yang biasanya menjadi landasan dibawanya sebuah sejarah sebagai satu ilmu yang penting.

d. Kesimpulan umum

Kesimpulan umum atau generalisasi adalah penarikan inti dari rentetan kejadian dalam sebuah sejarah untuk dijadikan sebagai hasil akhir dari sebuah peristiwa.

Generalisasi tidak dapat dijadikan sebagai pembenaran secara keseluruhan. Namun dapat dijadikan sebagai sebuah acuan atau pembelajaran untuk kejadian yang mirip atau hampir sama.

e. Metode ilmiah

Dalam menggunakan sejarah sebagai ilmu, harus digunakan pula metode ilmiah di dalamnya. Mulai dari penentuan tema, pengumpulan sumber sejarah, melakukan verifikasi pada data yang didapat, mengambil kesimpulan, hingga kembali menuliskannya dalam bentuk tulisan.

Salah satu contoh sejarah sebagai ilmu adalah mata pelajaran sejarah yang selama ini diajarkan di berbagai jenjang pendidikan. Ilmu sejarah yang diajarkan tersebut telah memenuhi ciri-ciri di atas.

Berbagai penelitian para ilmuwan dengan bukti sejarah berupa tugu, artefak, fosil, dan bukti lainnya menjadi pengetahuan sejarah yang tak ternilai harganya. Tidak ada sejarah yang dituliskan dalam sebuah buku sejarah tanpa memenuhi syarat ilmiah.

4. Sejarah sebagai seni (history as arts)

Sejarah tak hanya digunakan sebagai ilmu saja, ternyata ruang lingkup sejarah juga meliputi dunia seni. Keindahan sebuah peristiwa bersejarah ikut melahirkan pemikiran baru dari para pecinta seni.

Sejarah dikatakan sebagai seni jika memenuhi ciri-ciri di bawah ini:

a. Intuisi

Seorang yang ingin menuliskan atau menampilkan sejarah dalam bentuk seni harus memiliki intuisi atau feeling dalam menyajikannya. Namun penyaji sejarah sebagai seni wajib untuk tetap menggunakan fakta yang ada tanpa mengubahnya sedikit pun.

Jika seni dari sebuah sejarah mengabaikan fakta yang sebenarnya hanya karena ingin menonjolkan nilai seni, maka hal tersebut bukan lagi menjadi salah satu bagian dalam ruang lingkup sejarah.

b. Imajinasi

Sebuah seni yang didapatkan dari peristiwa sejarah tidak akan menarik tanpa didukung oleh imajinasi dari sang penyaji seni. Ia harus memiliki imajinasi yang luar biasa untuk menyajikan sejarah dalam balutan seni yang indah dan menarik.

Namun imajinasi yang digunakan sebaiknya tidak mengubah inti dari sejarah yang ingin disampaikan. Fakta yang ada harus tetap dipertahankan sebaik mungkin.

c. Emosi

Penulis atau penyaji juga harus mampu membawa emosi pada para penikmat sejarah tersebut. Ia harus membuat para pembaca merasa seolah mereka adalah salah satu pelaku dalam kejadian sejarah yang diceritakan.

Biasanya permainan kalimat dan ekspresi menjadi senjata utama dalam membawa emosi pembaca.

d. Gaya bahasa

Meskipun sejarah disajikan dalam bentuk seni, namun gaya bahasa yang digunakan sebaiknya tidak bertele-tele atau bahkan terlalu panjang. Hal ini biasanya terjadi pada karya seni sastra berupa puisi.

Jangan sampai pembaca menjadi bosan atau bahkan bingung dan tidak mengerti sama sekali mengenai sejarah yang diceritakan. Penggunaan majas dan kiasan yang tidak terlalu sulit dimengerti atau sesuai dengan latar belakang penikmat seni akan membuat seni sejarah tersebut jadi lebih menarik.

Walaupun sejarah sebagai seni merupakan bagian dari ruang lingkup sejarah, pada kenyataannya ruang lingkup yang satu ini justru banyak mengabaikan fakta di lapangan.

Banyak fakta dari sebuah sejarah terabaikan bahkan tergantikan dengan nilai imajinasi yang berlebihan sehingga sejarah justru berubah menjadi sebuah karya seni biasa.

Pengaburan fakta seperti ini sebaiknya dihindari sebisa mungkin dengan melakukan pengkoreksian berkali-kali sebelum disampaikan kepada penikmat sejarah.

Itulah beberapa ruang lingkup sejarah beserta sedikit penjelasannya. Hingga kini, sejarah terus diimplementasikan dalam berbagai bidang guna memajukan kehidupan manusia menjadi lebih baik lagi karena guru terbaik bagi sebuah bangsa adalah pengalaman dari sejarah.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.